Minggu, 31 Agustus 2008

LP SCHIZOPRENIA

LAPORAN PENDAHULUAN
SCHIZOPRENIA

DISUSUN OLEH AHMAD QOSIM

PENGERTIAN
schizoprenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi social
(www.Apotik online.com diakses pada tanggal 15 mei 2008 jam 10.00 WIB)
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia)
(Dep.Kes.1992)

PENYEBAB
Menurut Prof. Dr. Dadang Hawari penyebab schizophrenia yaitu :
Ketidak seimbangan hormone neurotransmiter.
Factor genetic
Factor lingkungan
Pendapat Dadang ini sedikit berbeda dengan data yang dikeluarkan pusat informasi schizophrenia yang beralamat di www.schizophrenia.com. Data tersebut menyebutkan bahwa schizophrenia sama sekali penyakit yang memiliki landasan biologis dan tidak terkait dengan kesalahan pola asuh atau kelemahan kepribadian seseorang.
(www.sinar harapan.com/indeks/hasil penelusuran/kesehatan/schizophrenia)

TANDA DAN GEJALA
Menurut Hawari (2006) tanda dan gejala schizophrenia antara lain :
Gejala positif
Delusi / waham, yaitu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bhwa keyakinannya tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
Halusinasi, yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan (stimulus), misalnya pasien mendengar sua ra-suara, melihat bayangan atau kombinasi keduanya.
Kekacauan alam pikir, seperti berbicara kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pemikirannya
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
Merasa dirinya “orang besar”, mesara serba mampu, serta hebat atau sejenisnya.
Pikirannya penuh dengan kecurigaan / seakan-akan ada ancaman terhadap dirirnya.

Gejala negative
Alam perasaan (affect} “tumpul” dan “mendatar”. Affect ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan adanya ekspresi.
Menarik diri / mengasingkan diri (withdraw) tidak mau bergaul dengan orang lain, suka melamun (day dreaming)
Kontak emosi amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam
Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social
Sulit dalam berfikir abstrak
Pola pikir stereotype
Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolution) dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton serta tidak ingin apa-apa serta malas (kehilangan nafsu)

TERAPI
Menurut tomb (2004) pengobatan untuk schizophrenia dapat menggunakan beberapa metode antara lain :
Metode biologic
Obat psikosis akut dengan obat sntipsikosis, lebih disukai dengan antipsikotik atipikal baru (Chiorpropazine 300-600 mg/hr). ketidakpatuhan minum obat sering terjadi oleh karena itu perlu diberikan depoflufenazine, kerja lama merupakan obat terpilih. Penambahan litium, benzodiazepine/diazepam 15-30 mg/ari klonazepam 5-15 mg/hari sangat membantu menangani schizophrenia yang disertai dengan kecemasan / depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat bebrapa psikosis akut sangat sedikit pasien schizophrenia yang tidak berespon dengan obat-obatan dapat membaik dengan elektro convultion therapy (ECT)

Metode psikotherapeutik
Berbicara pada pasien, bersikap santai, tertarik dan suportif terhadap pasien, berikan kesan bahwa anda percaya pasien dapat berspon baik terhadap anda.
Lebih spesifik, ajukan pertanyaan factual yang penting, coba identitas ketakutan2 dan perhatian pasien saat ini. Tetapi jangan libatkan dalam diskusi panjang tentang waham dan halusinasi
Istirahat disela-sela wawancara, jangan memaksakan pasien untuk berespon terhadap semua pertanyaan anda, tetapi tetap mengontrol arah pembicaraan.
Lakukan observasi kusus tentang perilaku pasien, tetapi jangan libatkan dalam interpretasi yang berlebihan. Jangan membuat kesimpula yang salah tentang keadaan emosi dari affect yang tidak sesuai
Jelaskan kepada pasien apa yang sedang anda lakukan terhadapnya dan alasannya.
Bila percakapan tidak berjalan baik, hentikan wawancara dan member harapan positif.

MASALAH KEPERAWATAN
Resiko perilaku kekerasan
i. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sandeen,1995).

ii. Proses Terjadinya Masalah
1. Penyebab
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya perubahan sensori persepsi berupa halusinasi, baik dengar, visual maupun lainnya. Klien merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan yang dilihatnya untuk melakukan kekerasan atau klien merasa marah terhadap suara-suara atau bayangan yang mengejeknya.
Faktor presipitasi bisa bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.


2. Tanda dan gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak, memukul dan mengamuk.

3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.

Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan : amuk

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Masalah keperawatan:
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan / amuk
Perubahan sensori persepsi: halusinasi dengar
b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
Data Subyektif :
a). Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b). Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c). Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif :
a). Mata merah, wajah agak merah.
b). Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c). Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d). Merusak dan melempar barang‑barang.

iii. Diagnosa Keperawatan
(i) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk.
(ii) Perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi.


Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
i. Proses Terjadinya Masalah
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat ke­sadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri (self esteem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya ke­cemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak efektif tagi. Hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi membedakan mana rangsangan yang berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungannya.
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba‑tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang me­nikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).


ii. 1. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


Isolasi social : menarik diri



Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
a. Data Subyektif :
Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
Melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
Mencium bau tanpa stimulus
Merasa makan sesuatu
Merasa ada sesuatu pada kulitnya
Takut pada suara/bunyi/gambaran yang didengar
Ingin memukul/melempar barang – barang

b. Data Obyektif :
Berbicara dan tertawa sendirl
Bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
Berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
Disorientasi

iii. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
b. Perubahan sensori perceptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri



Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Disefinisikan sebagai suatu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,1993 ).

a. Proses Terjadinya Masalah
Faktor predisposisi:
Menarik diri dipengaruhi oleh factor perkembangan dan social budaya, misalnya kegagalan individu sehingga menjadi tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lai, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.
Faktor presipitasi:
Belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan ini, mungkin disebabkan oleh kombinasi berbagai factor, seperti:
a. Faktor perkembangan, misalnya system keluarga yang terganggu, tidak berhasil memisahkan dirinya dengan orang tua, norma keluarga tidak menduung hubungan dengan pihak luar dan penganiayaan anak.
b. Faktor biologik, Adanya bukti tentang kaitan antara neurotransmitter dengan perkembangan gangguan ini.
c. Faktor sosiokultural, misalnya isolasi sosialakibat norma yang tidak mendukung pendekatan dengan orang lain, tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti orang cacat, berpenyakit kronis dan harapan yang tiodak realistis terhadap hubungan.

b. Pohon masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi



Gangguan konsep diri: HDR

c. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.



Gangguan proses berpikir : Waham
a. Proses terjadinya masalah
Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung (Keliat Budi A, 1999).

Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.( Tim Direktorat Keswa,2003)
Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.


3. a. Pohon masalah













c. Masalah keperawatan :
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Kerusakan komunikasi : verbal
Perubahan isi pikir : waham
Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

d. Data yang perlu dikaji :
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri

2). Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.



Kerusakan komunikasi : verbal
1). Data subjektif
klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2). Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang
Perubahan isi piker : waham ( ………….)
1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
Gangguan harga diri rendah
1). Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2). Data objektif
klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
Perubahan isi pikir : waham (……………..) berhubungan dengan harga diri rendah.







Isolasi social : Menarik Diri
a. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian : merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,1993 ).
2. Penyebab :
a. Perkembangan : Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
b. Komunikasi dalam keluarga : Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota keluarga, sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga tidak konsisten (kadang boleh, kadang tidak). Situasi ini membuat klien enggan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Sosial Budaya :Di kota besar, masing – masing individu sibuk memperjaungkan hidup sehingga tidak waktu bersosialisasi. Situasi ini mendukung perilaku menarik diri.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).

3. Tanda – tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek :
a. Aspek fisik :
Makan dan minum kurang
Tidur kurang atau terganggu
Penampilan diri kurang
Keberanian kurang

b. Aspek emosi :
Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
Merasa malu, bersalah
Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
Duduk menyendiri
Selalu tunduk
Tampak melamun
Tidak peduli lingkungan
Menghindar dari orang lain
Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
Putus asa
Merasa sendiri, tidak ada sokongan
Kurang percaya diri

b. 1. Pohon masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi .....



Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Isolasi sosial: menarik diri
Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak.
b. Harga diri rendah
Data obyektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri.
Data subyektif
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa – apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.

c. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.



















Defisit Perawatan Diri
DPD adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan / menyelesakan (kegiatan hidup mandiri) (townsend, 1998).
Etiologi : MD, regresi, panic, ketidak mampuan mempercayai orang lain
Batasan karakteristik DPD :
a. Mengalami kesukaran dalam mengambil / ketidakmampuan untuk membawa makanan dari piring.
b. Ketidakmampuan (menolak) untuk membersihkan tubuh / bagian tubuh.
c. Kelainan kemampuan/kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai untuk dikenakan/berpakaian, merawat/mempertahankan penampilan pada tahap memuaskan.
d. Ketidakmampuan/tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

Tidak ada komentar: